4.14.2011

christian vs Islam (in the perspective of movie)

Akhir-akhir terasa aneh, banyak sekali film-film yang menayangkan dan secara tidak langsung mengajarkan bagaimana menjadi seseorang yang beragama, yaitu dengan cara mentoleransi sesama umat yang beragama. Tetapi yang terlihat adalah bagaimana memasuki dan mencampuri urusan agama satu dengan agama yang lainnya. Apalagi yang terlihat adalah bagaimana mencintai sekaligus menikahi umat beragama yang satu dengan umat beragama yang lain. Memang sebagai penulis tidak bisa atau pun masyarakat tidak bisa menjudge itu salah ataupun benar, karena kita tidak bisa mencampuri urusan pribadi seseorang apalagi menjadikan diri kita sebagai tuhan.

Salah satu contoh film yang menggambarkan "the religion in the perspective of movie" adalah 3 hati 2 cinta 1 dunia. Diawal cerita film ini, dia menggambarkan seseorang pasangan yang berbeda agama saling mencintai dan berpacaran. Mereka pun saling berbagi kebahagian, tetapi orang tua mereka tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi seiring usaha kedua pasangan ini yang berusaha keras untuk meyakinkan orang tua mereka, akhirnya orang tua mereka pun membebaskan kedua pasangan ini untuk memilih dan memutuskan kehidupannya masing-masing dengan mengatasnamakan kebahagian seorang anak. Walapun begitu, diakhir cerita film ini, tidak menggambarkan secara pasti bagaimana akhir cinta seorang pasangan yang berbeda agama ini dalam beradu akting (hanya dijelaskan dalam kata-kata).

Film yang kedua adalah film Cin(T)a. Ada satu huruf yang menarik dijudul film ini yaitu T yang dikurungkan, penulis tidak tahu secara pasti arti dari T yang dikurungkan ini, apakah T ini mengartikan Tuhan ataukah karena pemeran sang laki-lakinya yang bernama Cina. Tetapi yang film yang kedua ini tidak berbeda jauh dengan film yang pertama yang sudah dijelaskan oleh penulis yaitu "the religion in the perspective of movie". Walaupun berbeda diawal dengan film yang pertama, film yang pertama kedua pasangan yang berbeda agama ini sudah berpacaran, tetapi tidak untuk film yang kedua. Film yang kedua ini, diawal cerita pasangan yang berbeda agama ini tidak berpacaran, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka saling menerima perbedaan satu sama lain dan akhirnya mereka pun berpacaran dengan terus menjalankan ibadah sesuai ajarannya masing-masing. Tetapi diakhir cerita film pertama dan kedua tidak jauh berbeda, yaitu pasangan ini berpisah.

Melihat suatu fenomena perfilman Indonesia kali ini, sungguh menarik perhatian penulis. Karena penulis juga pernah membaca buku karangan Samuel P. Huntington (seorang penulis barat yang tersohor dan amat berpengaruh di dunia barat) yang menulis buku berjudulkan "Clash of Civilization and The Remaking of World Order". Buku itu berceritakan tentang pergesekan suatu peradaban yang mempermasalahkan keagamaan. Dengan adanya fenomena perfilman Indonesia ini apakah ada hubungannya dengan buku tersebut? ataukah fenomena-fenomena ini terjadi karena para intel demokrasi yang menginkan Indonesia memasuki demokrasi dengan seutuh-utuhnya? let's thinking about it. are they good for us or not?