3.07.2012


Tingkat Analisis dalam Hubungan Internasional



Oleh Asep Setiawan

Pendahuluan
Penelitian dalam hubungan internasional membutuhkan tingkat analisis untuk memudahkan mengidentifikasi masalah yang dikaji. Tanpa tingkat analisis atau level analysis sulit bagi seseorang untuk mengamati fenomena hubungan internasional. Seperti melihat sebuah pemandangan maka diperlukan sebuah tingkatan untuk menilainya apakah akan mengkaji dari segi pepohonan yang membuat pemandangan itu indah atau pegunungannya.
Demikian pula dalam kajian hubungan internasional, tingkat analisis diperlukan dalam rangka menyederhanakan pengamatan namun tidak berarti membuat sesuatu menjadi sederhana. Dengan diterapkannya tingkat analisis maka seseorang yang sedang mengkaji dan meneliti peristiwa internasional akan dengan mudah menunjukkan variabel mana yang penting diantara berbagai variabel yang bisa terjangkau untuk dikaji.
Dengan demikian pemilihan tingkat analisis yang tepat dengan peristiwa yang sedang dihadapi maka akan memberikan arti lebih besar dalam analisisnya secara komprehensif. Selain itu kedalaman analisis bisa dijaga karena konsistensi dari level analisis yang diterapkan dalam sebuah kajian. Sebaliknya tanpa menerapkan level analisis makan sebuah kajian mungkin tidak akan mampu menunjukkan faktor-faktor atau kaitan yang signifikan dalam peristiwa internasional.
Artikel ini akan memaparkan pengertian tingkat analisis yang digunakan dalam penelitian hubungan internasional. Selanjuta dapat diketahui pula bahwa tingkat analisis dikembangkan dalam pengertian struktur dan proses.

Pengertian
Menurut Graham Evans dan Jeffrey Newham (1998), pengertian tingkat analisis tingkat analisa diperkenalkan dalam kamus hubungan internasional pada bulan April tahun 1960. Istilah itu muncul ketika David Singer mengkaji karya KN Waltz mengenai perang terbitan April tahun 1960.
Gagasan Singer itu kemudian dirinci lebih lanjut dalam jurnal World Politics tahun 1961. Dalam artikelnya itu ia menyebutkan perlunya kajian hubungan internasional menyadari pentingnya tingkat analisis seperti dalam ilmu sosial lainnya. Hal ini sama dengan membedakan antara kayu dari sebuah pohon dan pohon dari sebuah hutan. Dalam berbagai artikelnya, Singer menjelaskan tingkat analisis ini membedakan antara analisis mikro dan makro antau analisis tingkat individual and sistem.
Sejak Singer memperkenalkan tingkat analisis tersebut, banyak pakar hubungan internasional mulai membuat variasi terhadap istilah tersebut. KJ Holsti (1996) misalnya menyatakan dalam melakukan kajian internasional, pertama-tama perlu diperhatikan terlebih dahulu apa tingkat analisisinya. Ia menyebutkan diantaranya tingkat individu, kelompok, negara, regional dan internasional.
Menurut Holsti dengan mengetahui tingkat analisis tersebut maka akan dengan mudah mengidentifikasi permasalahan yang dibahas. Tingkat analisis negara, katanya, merupakan salah satu yang banyak digunakan dalam penulisan masalah hubungan internasional. Barangkali hal ini dipengaruhi oleh kuatnya aliran realisme dan kemudian perpanjangannya, neo realisme dalam kajian hubungan internasional. Ada pula pakar hubungan internasional yang menyebutkan tingkat analisis lebih rinci mulai dari individu, kelompok, pemerintah, negara, sub regional, regional dan global.
Level analisis negara atau state memang yang paling banyak dimanfaatkan untuk melihat interaksi antar bangsa. Tidaklah mengherankan kemudian dalam definisi mengenai hubungan internasional pun, aspek negara tetap memegang peranan penting. Politik intenasional diartikan, menurut Holsti, sebagai sebuah interaksi antar negara dua atau lebih. Bahkan politik luar negeri pun kemudian diterjemahkan sebagai kebijakan sebuah unit politik, dalam hal ini negara, kepada unit politik lainnya.
Charles W Kegley Jr dan Eugene R Wittkopf (1995) menyebutkan tingkat analisis negara itu sebagai tingkat nasional atau national level. Pada level ini unsur-unsur sepreti besarnya negara, lokasi, kekuatan, bentuk dan hambatan yang dihadapinya merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Selain level nasional, Kegley juga juga mencantumkan tingkat paling kecil yang disebut idiosinkratik atau tingkat individual. Konsep ini merujuk pada karakter pribadi seorang manusia. Dengan demikian sifat dan watak seorang individual akan menjadi fokus dalam analisis level ini. Kalau level individual tingkat pertama disusul kemudian dengan level nasional maka level ketiga yang disebutkan Kegley adalah level sistem. Sistem disini diartikan sebagai aturan hukum internasional, pembagian kekuasaan dan sejumlah aliansi.

Pengembangan unit analisis
Pembahasan mengenai unit analisis atau tingkat analisis tidak terbatas pada pembagian seperti yang disebutkan Holsti, misalnya. Menurut Graham Evans, Barry Buzan (1995) membuat interpretasi baru untuk menjelaskan tingkat analisis. Buzan menyatakan, kajian mengenai tingkat analisis memiliki dua pengertian. Pertama, pengertian yang menyangkut kesatuan gagasan. Ia membaginya menjadi lima yakni sistem, sub sistem, unit, birokrasi dan individual.
Pengertian kedua adalah sumber dari eksplanasi. Barry Buzan membaginya kedalam tiga kategori yakni struktur, proses dan kemampuan interaksi. Ia menggambarkannya dalam skema berikut:


Unit analisis Sumber-sumber Eksplanasi
Kapasitas interaksi Struktur Proses
Sistem Subsistem
Unit
Birokrasi
Individual
     

Menurut Buzan (1995), kapasitas interaksi menyangkut kemampuan tingkat transportasi, komunikasi dan organisasi dalam sebuah sistem. Kapasitas interaksi, kata Buzan, memfokuskanpada tipe dan intensitas inteaksi yang mungkin dalam unit, sub sistem atau sitem tertentu. Misalnya, seberapa besar benda dan informasi dapat digerakkan dengan jarak, kecepatan dan biaya berapa.
Struktur biasanya diartikan sebagai prinsip dimana unit-unit dalam sebuah sistem diatur. Struktur memfokuskan pada analisa bagaimana unit-unit itu dibedakan satu dari yang lainnya, bagaimana mereka ditempatkan dalam sebuah sistem dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dalam kemampuannya.
Sedangkan proses yang diartikan Buzan adalah interaksi diantara unit-unit sistem, khususnya dalam pola yang dapat terjadi berulang-ulang. Konsep proses ini memusatkan perhatian bagaimana elemen-elemen itu berinteraksi satu sama lain dalam kelemahann kapasitas interaksi dan struktur dan khususnya dalam pola yang berulang-ulang dalam interaksi yang dinamis.


Kesimpuan
Gagasan mengenai tingkat analisis memiliki manfaat besar dalam perkembangan studi hubungan internasional. Kajian bisa dilakukan lebih sistematis sehingga menghasilkan akurasi yang lebih besar. Fokus analisis juga semakin jelas sehingga bisa dipahami lebih mendalam dan menyeluruh. Ini berarti penelitian lebih lanjut terhadap suatu masalah bisa lebih terfokus dan berkembang.
Kesadaran mengenai pentingnya tingkat analisis ini mendorong lebih besar lagi kajian terhadap hubungan internasional. Dalam tataran metodologi penelitian pun akan lebih kuat karena dengan penggunaan level analisis inipun metode pengumpulan data bisa terfokus hanya pada data yang berkaitan dengan tingkat analisis kajian yang sedang dilakukan.

refrennce:
 http://globalpolitics.asepsetiawan.com/?p=313

3.02.2012

Realisme

Dasar pemikiran Realisme adalah memandang pesimis atas sifat manusia. Realisme juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara.

Dalam pemikiran kaum realis, Manusia dicirikan sebagai makhluk yang selalu cemas akan keselamatannya dalam hubungan persaingannya dengan yang lain. Mereka  ingin berada dalam kursi pengendali. Mereka tidak ingin diambil keuntungannya. Mereka terus menerus berjuang untuk mendapatkan yang terkuat dalam hubungannya dengan yang lain.

Politik Internasional adalah "Power Politics" atau politik kekuasaan, artinya suatu arena persaingan, konflik, dan perang antara negara-negara di mana masalah-masalah dasar yang sama dalam mempertahankan kepentingan nasional dan dalam menjamin kelangsungan hidup negara.

Keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara merupakan nilai-nilai yang menggerakkan doktrin kaum realis dan kebijakan luar negeri kaum realis. Kepentingan nasional adalah wasit terakhir dalam menentukan kebijakan luar negeri. Seluruh kesepakatan internasional bersifat sementara dan kondisional atas dasar keinginan negara-negara untuk mematuhinya. Semua negara harus siap mengorbankan kewajiban internasionalnya yang berdasar pada kepentingannya sendiri jika kedua negara terlibat dalam konflik.

Hal itu menjadikan perjanjian-perjanjian dan semua persetujuan, konvensi, kebiasaan, aturan, hukum lainnya, antara negara-negara hanyalah berupa pengaturan yang bijaksana yang dapat dan akan dikesampingkan, jika semua itu berseberangan dengan kepentingan vital negara. Tidak ada kewajiban internasional dalam pengertian moral dari kata itu - yaitu terkait kewajiban timbal balik antara negara-negara merdeka.

Dalam pandangan Waltz, teori HI yang terbaik adalah teori sistem kaum neorealis yang intinya memfokuskan pada struktur sistem, pada unit-unitnya yang berinteraksi, dan pada kesinambungan dan perubahan sistem. Dalam realisme klasik, para pemimpin negara dan penilaian subjectifnya tentang hubungan internasional merupakan pusat  perhatiannya. Dalam neorealisme, sebaliknya, struktur sistem, khususnya distribusi kekuatan relatif. merupakan fokus  analitis utama. Aktor-aktor kurang begitu penting sebab struktur memaksa mereka beraksi dengan cara-cara tertentu . struktur-struktur  pada dasarnya menentukan tindakan-tindakan.